Agribisnis Tanaman Jagung

>> Selasa, 02 Juni 2009



Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan serta industri pangan. Selain itu, pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Hampir seluruh bagian dari tanaman jagung mempunyai potensi nilai ekonomi. Buah jagung pipilan, sebagai produk utamanya merupakan bahan baku utama (50%) industri pakan, selain dapat dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot, tongkolnya dapat dipakai sebagai pakan ternak dan pemanfaatannya lainnya. Demikian juga halnya dengan bagian lainnya jika dikelola dengan baik berpotensi mempunyai nilai ekonomi yang cukup menarik.
Prospek pasar jagung baik di pasar domestik maupun pasar dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu secara baik memenuhi kebutuhannya, yaitu baru sekitar 90%. Meningkatnya permintaan jagung dunia terutama dari negara-negara Asia akibat berkembang pesatnya industri peternakan di negara tersebut dan relatif tipisnya pasar jagung dunia (13% dari total produksi jagung dunia) menunjukkan bahwa pasar jagung dunia sangat terbuka lebar bagi para ekspotir baru. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan Argentina.
Pengembangan usaha pada industri hulu (penangkaran benih) dan industri hilir (pabrik pakan) untuk mendukung pengembangan jagung di Indonesia juga cukup menguntungkan. Contoh usaha penangkaran benih jagung yang dilakukan petani plasma PT. Sang Hyang Seri di Sulawesi Selatan mampu memberikan keuntungan Rp6,6 juta/ha pada tingkat B/C 2,84. Kinerja industri pakan tiga lokasi (Lampung, Bogor dan Bandung) menunjukkan bahwa usaha industri pakan ayam baik untuk pakan ayam petelur (starter, grower, dan layer) maupun pakan ayam pedaging (starter dan finisher) cukup menguntungkan pada tingkat B/C 1,08 - 1,30. Usaha ini diduga akan semakin menguntungkan jika kapasitas terpakai bisa mendekati kapasitas terpasang melalui penyediaan jagung dalam negeri secara berkelanjutan.
Kini, jumlah penggunaan jagung untuk pakan lebh dari 50%, dan sisanya untuk industri pangan, konsumsi langsung, dan penggunaan lainnya. Dalam program jangka pendek, pengembangan industri jagung melalui intensifikasi (terutama memperluas penggunaan benih hibrida) dan ekstensifikasi diharapkan mampu untuk swasembada terutama untuk memenuhi industri pakan dan pangan . Sementara dalam program jangka menengah, selain swasembada jagung, Indonesia juga diharapkan sebagai eksportir serta sekaligus mengembangan industri pati jagung, dan dalam program jangka panjang juga mengembangan industri yang berbasis pati jagung.

Pemasaran Jagung
Petani menjual hasil produksi jagungnya dalam bentuk pipilan kering kepada pedagang pengumpul, selanjutnya dari pedagang pengumpul akan menjual ke pedagang besar yang mempunyai fasilitas pergudangan dan trasportasi dan komunikasi yang baik sehingga faktor - faktor penyusutan akibat penyimpanan dan pengangkutan dapat ditekan. Selanjutnya para pedagang besar tersebut akan menjualnya kepada pabrik pakan ternak, dan pedagang pengecer baru sampai ke tingkat konsumen.

2.1 Fungsi Penawaran dan Permintaan
Penawaran dan permintaan merupakan dua factor penting dalam ilmu ekonomi. Sesuatu barang mempunyai permintaan karena barang yang bersangkutan berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas. Suatu barang ekonomi akan dikatakan memiliki harga apabila barang tersebut berguna bagi manusia dan jumlahnya terbatas. Artinya nilai permintaan dan penawaran suatu barang akan mempengaruhi besarnya harga dari barang tersebut.

2.2 Permintaan Dan Penawaran Jagung
Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki karakter berfluktuatif dalam hasil karena dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut mempengaruhi permintaan dan penawarannya secara langsung. Terkadang persediaan jagung saat panen melimpah sehingga harga di pasaran cenderung murah. Jika sudah begini maka petani jagunglah yang merasakan langsung kerugiannya. Berikut ini permintaan dan penawaran jagung serta proyeksinya sampai tahun 2020 yang dibuat oleh PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN pada tahun 2005 :
a. Permintaan Dan Penawaran Jagung
Permintaan jagung meningkat sebesar 5,2% per tahun yang berasal dari perttumbuhan penduduk sebesar 1,8 % per tahun dan pertumbuhan konsumsiper kapita 3,3 %. Sementara produksi jagung meningkat 4,69 % per tahun yang berasal dari pertumbuhan luas areal sebesar 0,95% dan pertumbuhan produktivitas sebesar 3,70 %. Pada tahun 2003, Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,3 juta ton. Dengan demikian , kedepan produksi jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
b. Proyeksi Permintaan Dan Permintaan Jagung 2005 – 2020
Produksi jagung diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan relative tinggi yaitu sebesar 7,69 % per tahun. Sebaliknya konsumsi langsung jagung diproyeksikan menurun 1,08% per tahun . Dengan produksi yang meningkat terus, sedangkan konsuminya terus menurun, maka akan terjadi surplus produksi yang makin besar, dengan laju pertumbuhan 14,36 % per tahun

III. PENGENDALIAN HARGA OLEH PEMERINTAH
Fluktuasi Harga
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa harga suatu barang tergantung dari permintaan dan penawaran barang tersebut. Pada jagung misalnya, ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Pada suatu waktu, jagung melimpah melebihi kebutuhan dalam negri sehingga dapat mengekspor keluar negeri. Dilain waktu, jagung mengalami kelangkaan karena gagal panen yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit atau terkena bencana alam misalnya. Bila sudah demikian maka imporpun tak dapat dihindari lagi.
Demikian juga halnya dengan komoditas pertanian lainnya terutama pangan, ketersediaannya mempengaruhi fluktuasi harga dipasaran baik skala mikro maupun skala makro. Beras, kedelai, gandum, gula, minyak sayur dan jagung merupakan komoditas pangan yang belakangan ini terus bergejolak. Kenaikan harga – harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh kondisi iklim makro yang mengalami kekurangan persediaan karena ada peningkatan permintaan komoditas tersebut di beberapa negara. Selain itu juga adanya perubahan haluan dari para petani di luar negeri khususnya Amerika Serikat yang memanfaatkan komoditas pangan seperti jagung untuk kepentingan biodiesel karena harganya lebih menjanjikan.

0 komentar: