Mutasi pada tanaman sedap malam

>> Selasa, 02 Juni 2009

Penampilan Fenotipik, Variabilitas dan Heritabilitas Sedap Malam Kultivar Ganda Generasi M1V2 Hasil Irradiasi Sinar Gamma

Sedap Malam (Polyanthes tuberosa L) merupakan komoditas hortikultura termasuk tanaman hias dengan bunga yang indah. Tanaman ini umumnya dijadikan tanaman bunga potong yang banyak diminati oleh floris sebagai pelengkap merangkai bunga, karena sedap malam mempunyai keharuman tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya. Sedap malam tumbuh liar di Meksiko dan daerah sekitarnya, tetapi usaha pembudidayaannya banayak dilakukan di Maroko, Pulau Komores, Perancis, hawai, Afrika Seolatan, India dan Cina (Lisa Maliga, 2004).

Walaupun bukan tanaman asli Indonesia tanaman hias jenis cukup populer dikalangan masyarakat karena bentuk bunga yang indah serta harum. Bunga ini tidak hanya dijumpai di rumah-rumah saja, tetapi juga di gedung-gedung pertemuan, hotel-hotel berbintang bahkan rumah sakit. Keharuman bunga yang ternyata mampu mengobati stress, sehingga mendorong berkembangnya penyembuhan penyakit dengan aroma terapi. Selain digunakan sebagai bunga potong, seadp malam banyak dimanfaatkan sebagai bunga tabur dan bahan baku minyak atsiri (Suyanti, 2002).

Terdapat tiga macam jenis bunga sedap malam, yaitu bunga bersusun selapis (tunggal), petal berlapis (ganda) dan bunga semiganda. Sedap malam dengan petal bunga tuggal (Polianthes tuberose var. Gracilis) mempunyai wangi yang lebih menonjol dibandingkan dengan jenis lainnya. Sehingga jenis ini banyak ditanam secara komersial dalam jumlah besar di Perancis, Italia, India dan Indonesia (Nambisan dan Krisnan, 1983, dikutip Imam Muhajir dan Dwi Amiarsi, 2000).

Sampai saat ini pemasaran bunga sedap malam hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, terutama untuk bunga segar. Peluang pemasaran sedap malam ke luar negeri cukup besar, mengingat saat ini bunga-bunga tropis beraroma mulai diminati masyarakat mancanegara (Suyanti, 2002).Bunga sedap malam terbatas hanya pada warna putih saja dengan umur keragaan (Vase life) sangay singkat. Bunga yangtelah mekar akan layu dalam 2-3 hari, sehingga akan mengurangi keindahan bunga. Keberadaan bunga yang berwarna warni juga diperlukan agar rangkaian bunga lebih semarak dan indah. Saat ini untuk mendapatkan bunga seadp malam yang berwarna-warni dilakukan dengan, mencelupkan tangkai bunga ke dalam larutan pewarna atau dengan menyemprotkan pewarna kedalam bunga. Pewarna yang digunakan adalah pewarna mkananan yang dapat berupa bubuk atau cair. Tetapi tidak semua pewarna yng dijual dipasaran memberikan respons yang positif (Suyanti, 2002). Jenis-jenis pewarna tersebut hanya dapat diserap oleh tangkai bunga, sehingga larutan pewarna tersebut tidak dapat memberi warna pada bunga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran pori-pori bunga sedap malam (Suyanti dkk., 1997).

Terbatasyan variasi warna bunga pada tanaman sedap malam menyebabkan keterbatasan variabilitas yang merupakan salah satu kendala dalam sistem produksi sedap malam selain ancaman hama/penyakit (Budi Marwoto dan purbadi, 1996). Variabilitas genetik yang sempit untuk karakter warna bunga tersebut menunujukkan susunan atau konstitusi genetiknya seragam. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk memperluasnya anatara lain melalui pemuliaan mutasi menggunakan irradiasi sinar gamma. Dengan adanya upaya irradiasi sinar gamma diharapkan terjadi keragaman warna, bentuk dan penampilan femotipik lainnya pada bunga sedap malam tanpa mengurangi kekhasan wanginya.

Dari hasil penelitian Ratih Kusumawardhani (2005) menggunakan irradiasi sinar gamma dengan dosis 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 Gy telah diperoleh generasi M1V1. Efek dari mutasi generasi pertama ini menyebabkan terjadinya kerusakan fisiologis dan lethalitas. Kerusakan yang muncul berupa pengurangan tinggi tanaman pada setiap kenaikan dosis irradiasi, tanaman kerdil, kematian semua umbi pada dosis 30 Gy, ujung kuntum seperti terbakar, penyimpangan pertumbuhan floret pada dosis 15 Gy yaitu floret terbentuk lebih dahulu pada bagian ujung tangkai yang seharusnya pada bagian terbawah, kewangian bunga yang kekuatannya semakin bekurang pada setiap kenaikan dosis irradiasi, lethal dosis 50% (LD 50) yang berada pada dosis irradaiasi 15,53 Gy, sedangkan efek genetisnya secara visual tidak tampak. Kalaupun terdapat mutan, hal tersebut belum dapat dipastikan karena bisa saja itu efek khimera. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian pada generasi selanjutnya yaitu generasi M1V2 untuk megetahui sejauh mana pengaruh mutasi terhadap perubahan susunan genetik tanaman sedap malam, dengan dosis yang sama seperti yang diberikan pada generasi M1V1, tanpa perlakuan dosis 30 Gy karena mengalami kematian.

Meskipun efek mutasi pada generasi M1V1 baru berupa kerusakan fisiologis dan lethalitas, namun menghasilkan fenotipik yang luas untuk semua karakter yang diamati. Hal ini menunjukkan telah terjadi nya variasi tanaman sedap malam, namun belum diketahui apakah perubahan tersebutlebih dipengaruhi oleh perubahan genetiknya karena efek mutasi atau lebih dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga perlu diketahui nilai duga heritabilitasnya pada generasi M1V2 .

Untuk lengkapnya silahkan kirimkan komentar ya….

0 komentar: