Peran Agroindustri Sebagai Leading Sector Agribisnis
>> Selasa, 02 Juni 2009
Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional Indonesia . Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75% angkatan kerja nasional termasuk didalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga pertanian. Apabila seluruh anggota rumah tangga diperhitungkan maka sekitar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantungkan hidupnya pada sector agribisnis. Peranan sector agribisnis yang demikian besar dalam perekonomian nasional memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi nasional kedepan ( Saragih, 1997). Pernyataan tersebut semestinya dapat menjadi gambaran betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia di sector agribisnis, namun sampai saat ini pada kenyataannya Negara kita masih belum bisa memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu prestasi yang pernah diraih adalah tahun 80 an kita berhasil mencapai swasembada beras, namun sayangnya belum diikuti dengan swasembada pangan lainnya. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak banyak negara didunia ini yang dapat mencapai tahapan pembangunan berkelanjutan yang digerakkan oleh sector industri (barang dan jasa) berbasis ilmu dan teknologi modern tanpa didahului dengan pencapaian tahapan pembangunan pertanian yang andal dan kuat. Bahkan, banyak negara didunia yang pendapatan per kapitanya kurang dari US$ 2.500, bidang pertanian masih menjadi sector yang sangat penting bagi perekonomian nasionalnya.
Belum berhasilnya negara Indonesia membangun negara yang berbasis pertanian memang tak lepas dari berbagai kendala dan factor. Pada masa lalu, khususnya beberapa tahun menjelang krisis ekonomi ( 1997-1998), sector pertanian ternyata lebih diarahkan sebagai sektor penunjang dan pendukung pembangunan dan tidak dijadikan sebagai sektor andalan atau basis pembangunan ekonomi nasional . Akibatnya, walaupun tingkat produksi berbagai komoditas pertanian berhasil ditingkatkan dan pertumbuhan ekonomi nasional juga tinggi, tetapi pertumbuhannya tidak merata. Pertumbuhan ekonomi hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu dan tidak berkelanjutan. Seharusnya bagi sebagian besar negara didunia, sector pertanian menjadi tulang punggung bagi tegaknya struktur ekonomi nasional dan berlangsungnya pemerataan pendapatan antar berbagai lapisan masyarakat secara adil ( Saragih, 2004 ). Menurut analisis para ahli, diduga bahwa saklah satu akar penyebab krisis ekonomi adalah penyimpangan pelaksanaan pembangunan dari rencana jangka panjangnya. Sektor industri dan jasa dibangun tidak padu padan dengan sector pertanian. Pembangunan nasional hanya terfokus pada pembangunan sector industri berspektrum luas tanpa mempedulikan keterkaitannya dengan sector pertanian, padahal sector pertanian memiliki berbagai kelebihan. Pada awal krisis ekonomi sector pertanian tetap tumbuh positif sebesar 0,22 %, sementara ekonomi nasional mengalami minus sebesar 13,68 %. Ketiadaan keselarasan antara pembangunan sector industri dengan sector pertanian ini pulalah yang mengakibatkan keberhasilan peningkatan produksi pertanian mengalami kelebihan produksi di saat musim panen pasca swasembada beras sehingga harganya jatuh di pasaran.
Menurut Cramer dan Jensen ( 1991 ), keterpaduan dalam system agribisnis sangat penting peranannya dalam industri berbasis agribisnis. Agribisnis merupakan subsektor yang luas meliputi industri hulu sector pertanian sampai industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanianmenjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pasca panen dan pengolahan hasil pertanian. Dengan pengembangan agroindustri yang merupakan bagian dari rantai agribisnis akan dicapai nilai tambah yang berdampak positif terhadap penerimaan dan pendapatan petani yang mengadopsinya. Disisi lain, agroindusti merupakan usaha meningkatkan efisiensi sector pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Melalui modernisasi disektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai tambah dapat ditingkatkan sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar lagi. Sebagai contoh CPO diolah menjadi biodisel dan bahan baku kosmetika serta obat-obatan , karet diolah menjadi ban kapal terbang atau ban radial bermutu tinggi, biji kakao diolah menjadi makanan olahan, the diolah menjadi katekin / obat kanker, dan kedelai diolah menjadi nata de soya.
Karakteristik agroindustri dalam agribisnis memiliki kelebihan dibandingkan dengan industri-industri lainnya seperti otomotif, elektronika dan industri dirgantara. Berikut ini beberapa karakteristik agroindustri :
- Memiliki keterkaitan yang kuat , baik dengan industri hulu maupun industri hilir.
- Menggunakan sumber daya alam yang ada dan dapat diperbarui serta lebih banyak tenaga kerja yang dilibatkan, baik yang berpendidikan maupun yang tidak kurang berpendidikan. Hal ini menjadi penting dalam kerangka pelestarian sumber daya alam dan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan. Penggunaan sumber daya yang dapat diperbarui menunjukkna bahwa agroindustri dapat dikembangkan dalam jangka panjang dan kapasitas produksinya dapat ditingkatkan seiring dengan perkembangan teknologi pengelolaan sumberdayanya.
- Mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, baik dipasr domestic maupun dipasr internasional, khususnya pertanian tropika.
- Dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar. Hal ini dibuktikan setidaknya dalam masa krisis ekonomi tahun 1997, yaitu ketika setor pertanian mampu menampung tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja dari sector industri manufaktur.
Produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya pasar, khususnya pasar domestic.
0 komentar:
Posting Komentar