Seleksi Pedigree
>> Selasa, 02 Juni 2009
Prosedur seleksi yang digunakan untuk mengidentifikasi genotype-genotipe yang baik dari keturunan yang bersegregasi hasil tanaman menyerbuk sendiri salah satunya dalah dengan menggunakan seleksi pedigree dan Single Seed Descent (SSD)
Seleksi Pedigree:
Metode ini disebut pedigree atau silsilah karena dilakukan pencatatan pada setiap anggota populasi bersegregasi dari hasil persilangan. Silsilah diperlukan untuk menyatukan galur tersebut serupa dengan individu tanaman generasai sebelumnya. Individu akan menghasilkan seleksi yang terbaik, maka seleksi dapat dimulai pada generasi F2. dari generasi F3 dan F4 banyak losi yang menjadi homosigot dan ciri famili mulai tampil. Walaupun demikian heterozigositas tanaman masih kuat pada generasi-generasi ini sehingga dalam famili antara tanaman yang satu dnegan tanaman yang lain mungkin secara geneti maih berbeda. Maka pada generasi F5 atau F6 kebanyakan famili diharapkan menjadi homosigot pada banyak losi, jadi seleksi antar famili sudah dapat dilakukan.
Seleksi Single Seed Descent (SSD)
Seleksi Single Seed Descent, yaitu satu keturunan satu biji. Pada prinsipnya, individu tanaman terpilih dari hasil suatu persilangan pada F2 dan selanjutnya ditanam cukup satu biji satu keturunan. Cara ini dilakukan sampai generasi yang ke-5 atau ke-6 (F5 atau F6). Bila pada generasi tersebut sudah diperoleh tingkat keseragaman yang diinginkan maka pada generasi berikutnya pertanaman tidak dilakukan satu biji satu keturunan tetapi ditingkatkan menjadi satu baris satu populasi keturunan, kemudian meningkat lagi menjadi satu plot satu populasi keturunan.
Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secara individu maupun populasi berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki. Single Seed Descent (SSD) merupakan prosedur seleksi setelah hibridisasi, yaitu prosedur seleksi yang digunakan untuk mengidentifikasikan genotip-genotip yang baik dari keturunan yang bersegregasi hasil hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri.
Kegiatan seleksi ini secara tidak disadari telah berkembang sesuai dengan kemajuan dan peradaban manusia. Hal ini dapat dimengerti karena manusia pada hakekatnya menginginkan produk ekonomis, sehingga sifat-sifat yang tidak menguntungkan akan dibuang atau tidak dikembangkan lebih lanjut, sedangkan sifat yang dikehendaki akan dipertahankan dan dikembangkan pada generasi-generasi berikutnya. Pada akhirnya, tanaman dengan karakter-karakter yang diinginkan itu berada pada populasi tanaman yang meluas, sementara sifat-sifat yang tidak dikehendaki menjadi punah.
Metode Single Seed Descent banyak diterapkan pada tanaman berpolong, seperti pada tanaman kedelai. Pada tanaman penyerbuk sendiri, proses segregasi tanaman mengikuti hokum Mendel. Artinya, bila penyerbukan sendiri berlanjut akan dijumpai proporsi individu tanaman yang homozigot akan bertambah, sebaliknya yang heterozigot akan berkurang. Pada tanaman penyerbuk sendiri, seperti tanaman kedelai, banayak dijumpai sebagian besar keragaman genetiknya adalah aditif sehingga bila tidak ada seleksi, secara teori rata-rata populasinya tidak banyak mengalami perubahan. Bila dilihat proporsi keragaman antara populasi keturunan memang meningkat, bahwa proporsi yang homozigot terhadap yang heterozigot akan semakin besar. Tetapi bila dilihat dalam populasi salah satu keturunannya keragamannya akan menurun. Oleh karena itu, bila dilakukan seleksi dengan intensitas yang makin kecil dapat diharapkan kemajuan seleksinya akan makin besar.
Prosedur Single Seed Descent (SSD) mempunyai tujuan mempertahankan keturunan dari sejumlah besar tanaman F2, dengan mengurangi hilangnya genotip selama generasi segregasi. Hanya satu biji yang dipanen dari masing-masing tanaman, perkembangan tanaman optimum dari generasi F2 sampai dengan F4.. Metode seleksi Single Seed Descent (SSD) banyak dilakukan dalam pemuliaan tanaman kedelai di Amerika Serikat (Fehr, 1978). Metode SSD Descent mempunyai beberapa keuntungan, sebagi berikut :
1. karena yang ditanam setiap generasi satu biji satu keturunan, dengan sendirinya
luas lahan yang diperlukan jauh lebih sempit.
2. waktu dan tenaga yang diperlukan pada saat panen lebih sedikit, karena
populasinya lebih kecil.
3. pencatatan dan pengamatan lebih mudah dan sederhana.
4. seleksi untuk karakter-karakter yang heritabilitasnya tinggi, misalnya tinggi
tanaman, umur, penyakit dan beberapa aspek kualitas dapat dikerjakan dengan
efektif berdasarkan satu tanaman tunggal.
5. tiap tahun dapat ditanam beberapa generasi, bila keadaan lingkungan dapat
dikuasai.
6. hanya diperlukan sedikit usaha dalam memperoleh tipe homozigot untuk karakter-
karakter yang pewarisannya sederhana. Keadaan homozigot cepat tercapai.
7. penanganan persilangan dapat lebih banyak.
Adapun kekurangan dari metode SSD, yaitu pada generasi F2 kemungkinan lebih
banyak tanaman yang superior tidak teramati atau hilang, karena setiap genotip disini hanya mewakili satu tanaman pada F3 sehingga tidak diketahui identitasnya.
Pada metode SSD, setiap tanaman mulai generasi F2 sampai generasi F6. diambil satu biji dari satu tanaman pada setiap generasi untuk ditanam pada generasi selanjutnya. Jumlah tanaman dalam populasi F2 sampai F6 akan tetap atau bisa berkurang karena adanya daya tumbuh benih yang kurang baik. Ciri lain dari metode SSD, adalah adanya kemungkinan untuk menghasilkan sejumlah besar galur murni pada areal yang sempit dan tenaga kerja yang terbatas (Fehr, 1987, dikutip dari Ai Komariah).
Menurut Fehr (1987), pada prosedur metode SSD daris etiap tanaman dalam populasi diambil 1 biji, kemudian biji tersebut dicampur dan ditanam pada generasi berikutnya. Prosedur dari metode SSD adalah sebagai berikut :
Prosedur seleksi Single Seed Descent adalah sebagai berikut :
Generasi F1 : Dilakukan persilangan antara dua tetua yang dipilih, kemudian biji
hasil persilangan ditanam sebagai pertanaman F1.
Generasi F2 : Dari hasil pertanaman F1 kemudian ditanam satu biji dari setiap
satu tanaman sebagai pertanaman F2. Pada pertanaman F2 ini
dilakukan pemilihan terhadap individu tanaman, yang pada tahun
berikutnya ditanam lagi satu biji untuk satu individu tanaman
terpilih. Panen satu biji dari setiap tanaman untuk ditanam
pada generasi berikutnya.
Generasi F3-F4 : Tanam biji hasil panen yang berasal dari generasi F2. Panen satu
biji dari setiap tanaman untuk ditanam pada generasi berikutnya.
Generasi F5 : Tanam biji hasil panen generasi sebelumnya. Seleksi tanaman unggul
untuk tanaman karakter-karakter yang baik dan biji dipanen dari
tanaman terseleksi.
Generasi F6 : Dilakukan pemilihan. Tanam barisan-barisan keturunan dari tanaman
yang dipanen pada generasi sebelumnya. Panen barisan tanaman- tanaman unggul yang mempunyai karakter-karakter yang baik.
Generasi F7 : Uji hasil pendahuluan barisan tanaman yang terseleksi ditanam
masing-masing dalam satu barisan. Seleksi barisan-barisan tanaman
yang mempunyai sifa-sifat baik.biji yang berasal yang mempunyai
sifat-sifat baik.biji yang berasal dari satu barisan dicampur
tetapi biji yang berasal dari barisan yang berbeda tidak boleh
dicampurkan.
Generasi F8-F10 : Uji hasil lanjutan di berbagai lokasi dengan prosedur SSD
Generasi F11-F12 : Perbanyak galur-galur unggul dan sebarkan sebagai kultivar baru.
0 komentar:
Posting Komentar